Tulisan yang Tak Selesai

February 10, 2014 § 4 Comments

Senin berangsur malam. Hampir saja saya lupa bahwa kemarin Sabtu saya sempat menaruh janji kepada pacar saya dan salah seorang temannya untuk berbagi cerita melalui sebuah tulisan. Padahal saya dan Cen, teman pacar saya tadi, tak cukup saling mengenal satu sama lain. Seperti biasa, diam-diam saya cerewet.

Semua bermula ketika pagi-pagi sekali pacar saya membagi sebuah link bacaan baru, tulisan dari Cen di tumblr-nya. Awalnya saya tak memedulikannya. Saya tahu betul, bahwa pacar saya akan lebih senang jika saya segera bergegas menuju stasiun untuk bisa menemuinya sepagi mungkin. Baru ketika saya sudah menaiki kereta commuter line, saya menyempatkan diri membacanya.

Menarik, memang. Dalam tulisannya, dia bercerita tentang pilihannya men-darmabakti-kan diri kepada kedua orang tuanya dengan memilih untuk tetap tinggal di rumah, selagi masih bisa. Peduli setan dengan teman-teman seangkatannya, termasuk pacar saya, yang lebih memilih berkelana berlatih hidup mandiri dan menempa diri di dunia di luar tempurungnya. Toh sembari melayani orang tuanya dalam hal remeh temeh, di rumah dia masih bisa belajar mandiri dengan menjalankan bisnis online shop-nya. Sesuatu yang sebenarnya juga tak mempengaruhi penempatan nanti, seperti magang yang dilakukan teman-temannya.

Sampai di sini saya masih bisa manggut-manggut meskipun agak risih dengan caranya memandang bahwa bekerja di perusahaan swasta barangkali bukan termasuk passion juga.

Andai saja saya tak melanjutkan membaca tulisannya sampai tandas, barangkali saya tak akan se-tertarik ini untuk turut serta dalam arus perbincangan. Beberapa langkah seusai saya turun dari kereta commuter line di Stasiun Pondok Ranji, saya mohon izin kepada Cen dan pacar saya untuk ikut meramaikan. Kenapa? Karena saya melihat sebuah keresahan dalam diri Cen atau barangkali counter attack yang membabi buta, bukan sekadar ingin menabalkan keyakinannya pada pilihannya. Semoga saya salah memprediksi kali ini.

Tadi, beberapa menit lalu, saya sudah menulis panjang lebar cerita dan sudut pandang saya dalam tema yang sama dengan tulisan Cen. Panjang sekali, dan belum ingin saya akhiri. Lantas iseng saya membuka-buka akun twitter Cen, dan menemukan tweet begini :

Sampe kapan aku harus galau dg status pekerjaanku?? :”/

Tak ayal membuat saya urung merampungkan tulisan saya. Saya putuskan untuk menekan tombol Ctrl + A lalu Del pada laptop saya, lantas mencoba menulis ulang tulisan yang berbeda. Saya tak ingin ikut campur terlalu jauh dalam pengar yang ternyata masih berkelindan di antara ranting-ranting syarafnya. Saya tak ingin memperdebatkan lencana ‘bakti’ yang tiap orang punya definisinya sendiri. Saya tak ingin terkesan membela mati-matian pacar saya yang memilih jalan yang berbeda dengannya, meskipun pacar saya tak keberatan disebut “lo buang-buang waktu berharga lo”.

Dan yang paling penting, saya tak ingin ikut-ikutan menginjak harga diri orang lain yang berbeda pilihan dengan saya hanya agar saya terlihat lebih tinggi dari mereka.

Bukan begitu?

§ 4 Responses to Tulisan yang Tak Selesai

  • FINDO says:

    Lagi lagi sawang sinawang sih… Bar wisuda aku ditawari kerjo, barang 1-2 bulan neng perusahaan swasta. Dan ternyata lanjut lanjut lanjut full sampe pengumuman penempatan. Dan pas sisa sisa waktu persiapan masuk kerjo mikir, “kenopo wingi gak neng omah wae, manfaatkan waktu ‘cuti panjang’ gratisan”. Hhmmm

  • atikaraa says:

    Biar mereka sek wes “cukup” berbakti selama nunggu penempatan entuk sek luwih adoh, yang deket dikasihin ke kita, yg ngoyo magang dan tdk berbakti ini punya kesempatan berbakti juga ke orang tua klo penempatannya deket rumah.

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Tulisan yang Tak Selesai at .

meta