Kepada Kita yang Malam Ini Mengadu Tawa
July 29, 2012 § Leave a comment
Rebah alam berselimut langit malam
bermanik bintang tak terbilang
senyum rembulan anggun mengembang
ditiup bara unggun yang nyala
oleh hangat kebersamaan kita
Satu demi satu tawa kita pecah
dari cangkang raga yang kian lelah
berpura-pura abdi pada kejam-dunia yang abadi
Satu demi satu tawa kita muntah
dari lambung yang muak menelan mentah
duka di lumbung pikir yang limbung
Apa peduliku pada pongahnya waktu
yang enggan memberi restu
pada angan yang ingin kita selalu berkelindan
Persahabatan ini akan selalu aku kenang
hingga garis-garis renta merias kening
Aku tak mungkin lupa
bersamamu bahagiaku menampakkan rupa
Elegi Rindu
July 20, 2012 § Leave a comment
Kalkulasi waktu dan jarak telah menumbuhkan ladang rindu yang seakan tak berujung. Semakin kuhitung, semakin sesak rasanya. Rindu tumbuh beranak pinak hingga ribuan hektar. Membuatku bingung, kapan harus memanennya, sedang lumbung hati tak muat lagi. Ingin kutitipkan rindu ini pada angin barat, agar tak jenuh dan membusuk di dalam kerangka rapuhku. Tapi sepertinya angin telah bosan menyampaikan salam yang sama setiap hari
Aku telah kenyang akan rindu. Kenyang yang lalu menghadirkan kantuk yang merayap, membuatku ingin lelap. Tapi setidaknya, tidur bisa memampatkan waktu. Seakan bumi berotasi lebih cepat. Dan aku akan selalu bahagia bersama laju waktu, karena dengan begitu, kita akan bertemu dengan segera.
Lalu kucoba untuk menghitung lagi bentangan waktu dan jarak. Ah, tak terhitung. Entah terlalu banyak, atau aku yang memang tidak bisa menghitung. Kalau saja setiap aku menoleh, di situ ada senyum manis yang selalu terhias di wajahmu, tak perlu lagi kusisihkan tempat sebegitu besarnya di hati hanya untuk menampung rindu, menyeberangi batas jangkauan manusia. « Read the rest of this entry »