Serapah Tabah

June 29, 2012 § Leave a comment

Aku, buku di perpustakaan kota
yang tak pernah lagi tersentuh mata,
mengusang bersama halaman yang ranggas terjatuh,
mengasing di balik butiran debu yang tebal menyepuh.
Bibir-bibir aksara lirih meronta,
dibungkam lengan-lengan zaman yang merenta.

Aku, gagang telepon di wartel ujung gang
yang hampir lupa cara mengeja “selamat datang”,
merebah diri yang lelah menunggu jemari meraih,
merintih di balik balutan bisu penutup perih.
Roda kehidupan berputar, kata orang,
lain dulu, lain sekarang.

Asu, zaman semakin asu.
Hari ini mungkin aku baju hangatmu,
besok bisa saja sudah jadi gombal di rak sepatumu.
— Joko Pinurbo

Sekat

June 8, 2012 § Leave a comment

“Yudha!”, suara perempuan dari balik pintu kamar mengalihkan perhatianku yang sedari tadi tertuju pada layar laptop di hadapanku.

“Masuk!”, jawabku sambil mengarahkan pandangan ke arah pintu.

Perlahan seorang perempuan berambut sebahu muncul seiring terbukanya pintu kamarku. Hera. Teman dekatku sejak awal aku kuliah dulu. Kami memang kuliah di jurusan yang berbeda meskipun masih satu kampus. Aku di  jurusan Arsitektur, sementara Hera di jurusan Akuntansi. Tapi minat kami sama, sastra. Dan kala itu tanpa sengaja kami duduk bersebelahan dalam sebuah acara bedah buku yang diadakan di kampus. Sejak saat itu, kami menjadi teman dekat, teman berbagi cerita.

“Ada apa, Ra?”

“Kamu akhir-akhir ini ke mana aja sih, Yud? Dicari-cari ga ketemu, dihubungin juga susah.”, ujarnya dengan memasang muka sebel.

“Sori. Aku baru sibuk bimbingan dengan dosen, sama ngerjain skripsi. Ada apa sih?” « Read the rest of this entry »

Sekali Lagi

June 6, 2012 § Leave a comment

“Foto yang di facebook itu pacarmu?”, ujar perempuan berkulit putih dengan kacamata berlensa silinder itu sambil meletakkan Blackberry-nya ke atas meja.

“Cantik.”, imbuhnya.

Dia, perempuan yang sedang menemaniku ngopi ini, Agni namanya. Nama yang sesuai dengan tutur dan lakunya yang selalu hangat. Dengan rambut yang kali ini tergelung ke belakang dan menyisakan sedikit poni di bagian depan, dia terlihat cantik. Tak kalah cantik dari perempuan-perempuan lain yang sedang mampir ke kedai kopi ini. Bahkan, dari perempuan yang sedang dia bicarakan pun.

“Haha„ dari mana kamu bisa seyakin itu kalau dia pacarku? Sok tau.”

“Dari senyum kalian berdua. Urat wajah ga pernah bisa membohongi calon psikolog sepertiku.”, tukasnya sambil mencibirkan bibir mungilnya.

“Halah. Iya deh, iya. Dia pacarku.”

“Temen kampus?” « Read the rest of this entry »

Setengah, Setengah. Utuh

June 4, 2012 § Leave a comment

Kalau kamu melihat pria tampan berpakaian necis di dalam mobil sedan yang menepi di dekat lapak penjual nasi goreng ujung Jalan Ngasem, jangan disapa. Itu bukan aku.
Pertama, aku tak cukup tampan untuk disebut tampan. Bagiku, menjadi tampan sudah terlalu mainstream. Kedua, berpakaian necis seperti itu bukanlah hal yang aku suka. Ketiga, aku tak punya mobil sendiri. Aku cuma punya sebuah sepeda motor pemberian ayahku ketika aku memasuki jenjang SMA.

Ya, itu bukan aku. Aku hanya berada dekat dari tempat itu. Coba kau tengok ke sebelah utara lapak penjual nasi goreng itu. Di sana ada pria berambut pendek duduk lesehan, menyandarkan punggung pada dinding beteng keraton. Celana panjangnya berwarna hitam sedikit kumal, sementara kaosnya berwarna putih dengan gambar kumbang dan tulisan ‘Saosin’. Nah, itu baru aku.

Lalu, wanita berwajah tirus yang duduk di sampingku dengan hanya terpisah tas merah itu, dia pacarku. Bisa dibilang, kami pasangan baru. Masih putih, masih wangi, seperti bunga melati. « Read the rest of this entry »

Pulang

June 4, 2012 § Leave a comment

“Aaaaaaaaaaaaaaa”

Tubuhku berlumur keringat banyak sekali, hingga baju yang kukenakan basah. Nafasku memburu. Pupil mataku belum juga mengecil normal.

“Sial. Mimpi buruk itu lagi.”, batinku.

Jam di meja kecil samping kiri tempat tidurku menunjukkan pukul 05.23. Sekitar setengah jam lagi aku harus buru-buru menuju stasiun. Ini hari penting buatku. Libur kuliah telah tiba. Dan aku akan mudik ke Malang hari ini, menemui kekasihku yang sudah 6 bulan ini tak kutemui, kecuali di photo galerry smartphone-ku. Atau di layar laptop.

Hanya butuh 15 menit untukku sembahyang, mandi, dan berpakaian. Kini aku sudah siap. Kuraih ransel berisi beberapa helai pakaian yang semalam sudah kupersiapkan.

“Aku siap!”, gumamku dalam hati. “Aku harus buru-buru.” « Read the rest of this entry »

Skak Mat!

June 4, 2012 § Leave a comment

Hujan mulai mereda di jam ketiga sejak kedatangannya yang sangat mendadak sore tadi. Menyisakan gerimis tipis yang menyisir langit Jogja malam ini, yang masih kusam ternoda mendung. Tidak ada bulan untuk malam ini. Tidak pula bintang, satupun.

Sepanjang mata memandang, semuanya basah terlumuri guyuran hujan. Kaca-kaca memburam tersepuh hawa dingin yang mengembun. Jalanan tampak sepi dari lalu lalang kendaraan.

Sepi..

Persis seperti suasana di meja nomor 11 yang kutempati ini. Hanya suara-suara ketukan ujung jari tangan kiriku yang kuadu pada bibir meja yang terdengar. Hanya itu.

“May!?”, ujarku setengah merengek.

Maya tetap tak bergeming. « Read the rest of this entry »

Where Am I?

You are currently viewing the archives for June, 2012 at .